Pages

Kamis, 22 Desember 2011

REZEKI TAK SEKEDAR MATERI

Bahwasannya rezeki itu bukan semata berupa rupiah, dollar, ataupun nilai mata uang asing lainnya. Bukan semata  sebongkah emas, segunung intan berlian, mobil, rumah, atau materi lainnya.
Andai engkau lebih menyadari kembali rezeki dan nikmat Allah selalu sampai di tangan kita setiap hari, setiap jam, setiap menit. Ia tak nyata, tak berwujud. Karna hanya orang-orang yang ikhlas dan pandai bersyukurlah yang menyadari keberadaannya.
Bahwasannya rezeki itu adalah... 

KELUARGA ataupun SAHABAT. Mereka yang menguatkanmu dengan kasih sayang dan mau menerima mu apa adanya.

KESEHATAN. Ia yang membuatmu untuk tetap terus beraktifitas. Melakukan apa yang ingin engkau lakukan demi harapan, cita-cita, dan doamu.

INSPIRASI, KEPEDULIAN. Ia yang membuatmu menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang berarti hidupnya untuk manusia lain di muka bumi ini. Karena manusia yang satu tidak akan bisa hidup tanpa manusia yang lainnya.

KETENANGAN BATIN. Saat stres melanda, kejenuhan, rumitnya berbagai masalah hidup...Jika engkau meminta padaNYA maka Allah pun menghampirimu dan membelaimu dengan lembut, seolah berkata "Everything is gonna be OK!!" maka apalagi yang kau takutkan?? "Cukuplah Allah sebagai penolongku, karna Allah lah sebaik-baiknya pelindungku"

KESEMPATAN HIDUP. Inilah rezeki Allah yang tiada terkira jumlahnya. Banyak hal yang bisa kau lakukan karenanya. HIKMAH HIDUP yang membuat mu lebih banyak belajar akan berbagai hal. Hingga akhirnya engkau pun menyadari sungguh Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hambaNya. Sungguh Allah tidak akan pernah ingkar janji kepada hamba-hambaNYA. Janji Allah lebih pasti daripada matahari terbit. *kutipan.

Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan???

Sabtu, 03 Desember 2011

Untukmu, Calon Imamku

"Jika namamu yang tertulis di lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan dalam diri kita. 
Tugasku bukanlah mencari dirimu, akan tetapi mensholihahkan diriku, wahai seseorang yang telah tertulis di lauhul mahfudz.
Engkau yang membersamai perjalananku nanti, aku percaya engkaku sedang memperbaiki dirimu, memantaskan dirimu untuk menjadi imamku kelak..."
(NH edisi 94)

TEORI KEBUTUHAN

Sore yang hangat. Hari itu seperti biasa, Nasrudin keluar rumah dan ia bertemu dengan hakim kota. Lalu layaknya dua orang cendekiawan, mereka berdua berbincang-bincang tentang sesuatu yang agak filosofis. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Dan itulah yang ingin ditunjukkan oleh Nasrudin.

Hakim memulai perbincangan.
"...seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika..."

Nasrudin menukas,
"Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukumlah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan."

Hakim mencoba bertaktik,
"Tapi coba sekarang kita lihat cendekiawan seperti anda. Kalau anda dihadapkan pada dua pilihan, anda akan memilih kekayaan atau kebijaksanaan?"

Nasrudin menjawab seketika, "Tentu saya memilih kekayaan."

Hakim membalas sinis, " Hmm..memalukan sekali. Anda adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan anda memilih kekayaan dibandingkan kebijaksanaan?"

Nasrudin balik bertanya, "Kalau pilihan anda sendiri?"

Hakim menjawab tegas, "tentu saya memilih kebijaksanaan."

Dan Nasrudin pun menutup pembicaraan itu tanpa terbantahkan,
"Nah, terbukti sekali lagi. Ternyata orang-orang memang selalu memilih sesuatu yang belum dimilikinya." ^_^

(majalah NH edisi 94)

Ngaji koq bosan siy...?!?

murid: "mbak..aku gak mau ngaji lagi.." katanya sambil bicara memunggungiku, asyik ber-sms ria..
saya: "hah!! apa?? gak mau ngaji lagi, gimana?" bertanya memastikan yang dia maksud.
murid: "ya gak ngaji lagi. Berhenti." katanya sambil mendengus, mencucu.
saya: (oke, ternyata saya gak salah dengar) "Loh, kenapa??"
murid: "malas!" jawabnya, tetap dengan mendengus
saya: "koq malas siy??"
murid: "BOSAN lo mbak. Pokoknya gak mau ngaji!"
saya: (PLAK!! berasa ada yang nampar.) "Ngaji koq bosan. Ngaji kan sama kayak sholat, nilainya ibadah. Masak sholatnya berhenti gara-gara bosan...." "itu iqro' punya siapa?? kalau gak dibaca nanti di akhirat iqro' nya bakal bersaksi loo..ganjarannya neraka lo..panas..blablabla.."
murid: ".....iya-iya tau. Tapi aku lo gak ngurus. Udah-udah, jangan ceramahin aku..."

sampai di situ saya lupa kalau tengah menghadapi anak kelas 5 SD yang keras, susah dibilangin, hampir 3 bulan iqro' 3 pun belum khatam (WHAT'S WRONG WITH ME?!?), tapi dia cerdas, mudah menghafal, lincah, dan energik.
Dulu, saya pernah berjanji pada diri sendiri. Mau sesibuk apapun, secapek apapun, saya ingin tetap bisa datang ke rumah itu. Sekedar berbagi sedikit hal yang saya bisa pada keempat wanita di sana. Sampai akhirnya saya bisa mengajak mereka membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Seiring berjalannya waktu, yang saya inginkan pun tidak berjalan mulus. Ada saja gangguan-gangguan kecil disana-sini. Terbatasnya waktu membuat saya tidak kreatif menyampaikan apa yang seharusnya dapat membantu materi membaca iqro'. Sampai akhirnya saya disadarkan sebuah kata lugas darinya, BOSAN!!
Aaahh, se-cupu itu cara saya untuk membantunya bisa mengaji lancar kelak. Ketika saya seumuran dengannya, saya ingat betul betapa saya suka dan bersemangatnya berangkat menuju masjid dekat rumah untuk belajar mengaji. Bersama teman-teman satu komplek, kami belajar pelan-pelan. Ramainya masjid itu di kala sore..hhmm.. Saya suka sekali melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Saya pun mengkhatamkan Al-Quran saat menginjak bangku kelas 5 SD. Memang bukan suatu prestasi yang membanggakan yaa...Tapi kalu mau dibandingkan semangat dan keinginannya dengan satu murid saya yang ini, wah..sangat disayangkan kan...Bahkan dulu, sewaktu kecil, saat teman-teman lagi seru-serunya saling bertukar menulis biodata pada masing-masing buku mungil nan unyu, dengan mantapnya saya menulis
HOBI : membaca dan MENGAJI!!
hahaha...terlalu berlebihan juga siy. Tapi ya mau bagaimana lagi. Dulu saya suka me'lagu'kan ayat-ayat Al-Quran tersebut. Gara-garanya sempat diajar beberapa ustadz saya mengaji indah dalam rangka banyaknya lomba semacam MTQ.

Ya Allah, jujur saja...saya capek menghadapi tingkah pola anak ini. Karena itu doa saya selalu sama kepadaMu seusai sholatku. 
"...Ya Allah, kuatkanlah imanku..dan tambahkan selalu stok kesabaranku..."
"...Engkau yang Maha Pemurah dan Maha Penolong, tolonglah hamba menghadapi kesusahan-kesusahan ini. Bimbinglah hati dan langkah hamba. Tunjukkan jalan keluar itu...Amiiinn.."

Hingga saat ini pun, saya masih menyimpan keinginan dan harapan yang sama. Kelak saya masih diberi kesempatan beramal dengan cara seperti ini. Harapannya agar ibu dan dua anak ini dapat dengan lancar membaca Al-Quran..amiiinn..

NB: Kalau ditanya, apakah sampai saat ini saya masih hobi mengaji?? Hmm..jawabannya adalah tidak. Karena mengaji bukan lagi sekedar hobi, melainkan (berusaha menjadikan ini) rutinitas yang harus saya lakukan layaknya sholat wajib 5 waktu. Apalagi dengan adanya Al-Quran hijau pemberian seorang teman baik. Jadi makin semangat euy!! ^_^

Kamis, 01 Desember 2011

MIMPI

Mimpi itu masih terus menghantui ku.
Masih setia bergelayut lincah di pikiranku.
Mimpi itu..yang kadang juga membuatku bingung menentukan langkah hari ini.
Dan yang bisa ku lakukan adalah...
Berdoa..semoga Gusti Allah mengizinkan dan meridhoi mimpi ini untuk terwujud.
Semoga aku senantiasa diberi kekuatan untuk menggapainya.
Banyak sekali yang bisa aku lakukan untuk mewujudkannya.
Dimulai dari hal kecil...yang mudah-mudah saja..yang saat ini bisa aku lakukan..
Yuuuukk...pemanasan duluuuu...
Mengejar mimpi...