Pages

Rabu, 07 Mei 2014

Mimpi dan Harapan (Baru)

...kini ku kan berhenti berharap...

satu kalimat lagu yang aku dengar tadi siang lewat PC kantor. Sedih tak berujung by Glenn Fredly. Heuheu..bayangkan yang nyanyi seorang Glenn, lagu mellow pun akan lebih menyayat hati kan..hohoho..
Awalnya aku berpikir demikian. Akan jatuh mellow sekian hari, menggalau khas orang patah hati, nangis-nangis gak jelas dan yang pasti merasakan sediiiiiihh teramat sedih. Kenyataannya gak seburuk yang aku bayangkan.
Awalnya aku berpikir demikian. Akan merasakan pahit yang sangat saat tahu kenyataan itu. Kenyataannya tidak sepahit yang aku bayangkan.

Perasaanku pas tahu info tersebut kaget sekali. Tidak secepat yang aku bayangkan. Apalagi aku sudah lama tidak mendengar kabar dari beberapa karibnya. Tiba-tiba saja aku membaca info tersebut di salah satu sosmed. Kaget, sedih pasti, pengen nangis tapi gak bisa. Rasanya hati itu kosoooongng. Ada lubang menganga dan..kosong. Entahlah.
Hal yang susah aku terima adalah bahwasannya sudah pantang bagiku menyebut-nyebut nama dia saat aku ingin menyebut namanya, menulis namanya lagi dan lagi pada Diary Harianku, membayangkan kelak bisa bertemu kembali dan akrab bahkan lebih akrab dari biasanya, mendoakan dirinya di akhir doaku. Hal yang susah aku lakukan adalah bahwasannya mulai detik itu sudah saatnya aku berhenti berharap padanya, apapun tentang dirinya. Rasanya agak kacau juga waktu menyadari aku tidak boleh berharap lagi. Mati rasa. Tidak mungkin kan aku mendoakan yang jelek-jelek atas dirinya...Rasanya seperti belum terbangun dari mimpi. Dan menjadi paham quote tentang bermimpilah selagi mimpi itu tidak dilarang, tidah berbayar. ^_^

Menerima kenyataan tentang dia yang sudah menetapkan calon pendamping hidupnya ternyata tidak seperih bertahan pada satu rindu. Mungkin benar kata mereka, biarkan waktu yang menjadi penawarnya.
Pelan tapi mantap aku harus bangun dari mimpi. Menguburnya manis-manis dan mulai bermimpi kembali. Bukankan kelak waktu yang menjadi penawarnya?? Kelak waktu yang akan kembali memberikanku mimpi-mimpi baru dan waktu pula yang membuatku bertahan meraih mimpi. *ciyeeee....^_^

Beberapa hal yang harus ku syukuri karena ini adalah...
Aku belajar mendewasakan hati,
belajar merawat hati hingga saatnya tiba,
belajar mengikhlaskan hati apapun ceritanya,
belajar pasrah akan urusan hati dan cinta,
belajar memahami benar-benar bahwasannya jodoh di tangan Allah. Kelak Allah sudah menentukan siapa-siapa pasangan kita, kapan, dimana, dan bagaiman dipertemukannya.
Seperti doa ku yang lalu di masjidil haram maupun nabawi...
"Allah, kelak segerakan jodohku di tahun depan. Atau pada waktu yang baik menurutMu. Jika ia (yg namanya tak bisa disebut di sini ^_^) adalah jodohku, maka jodohkanlah dengan caraMu yang terbaik. Jika bukan maka buat aku benar-benar melupakannya"
Allah telah menjawab doaku. Alhamdulillah.
Mungkin karena aku sudah menyerahkan sepenuhnya pada Gusti Allah, maka rasa kehilangan ini gak seperih yang aku bayangkan sebelumnya.

Bumi masih berputar.
Maka tidak ada alasan bagiku untuk tidak bermimpi lagi. Bukan melanjutkan mimpi, karena mimpiku tentang dia sudah berakhir. heheheh. Melainkan membangun mimpi kembali. Urusan kelak terwujud tidaknya mimpi itu adalah kehendak Gusti Allah. Urusanku adalah bermimpi, meyakini mimpi, memperjuangkan mimpi, mendoakan mimpi, dan memantaskan mimpi.
Itu saja...Selebihnya biar tangan-tangan Allah yang bekerja...^_^