Pages

Kamis, 22 November 2012

Quote

se-DAHSYAT apapun kata-kata para motivator gak akan pernah se-SUPER dan se-DAHSYAT suport dan pelukan dari orang-orang terdekat.
Thanks and Keep Moving, Guys!! =D

(promptia, November 2012) sumber: di sini

Rabu, 21 November 2012

An Awesome Hiking (Gn.Penanggungan 1.653 mdpl)


Jadi teringat FUN HIKING yang aku lakukan baru-baru ini bersama seorang rekan mbak Lailatul Qadr. Beliau adalah senior saya di SMALAPALA penta 11 sedang saya penta 15. Tanggal 27 Oktober kami berangkat dari Terminal Bungurasih pukul 15.30 menggunakan Bus (ekonomi) jurusan Malang. Murah meriah euy! cukup Rp 5.000,- untuk sampai di Terminal Pandaan. Dari Pandaan kami menggunakan colt (Rp 5.000,-) menuju Desa Tamiajeng, lokasi start pendakian kali ini. Perjalanan kali ini cukup lancar jaya. Pukul 17.00 sudah tiba di desa yang dimaksud. Kami memutuskan istirahat di musholla terdekat sembari menunggu waktu maghrib tiba. Ah...sejuknya udara pegunungan ditambah air wudhu segar yang membasuh tubuh. Alangkah indah dan damainya desa ini...
 #teman seperjalanan

Usai sholat maghrib kami menuju warung terdekat untuk mengisi baterai (makan maksudnya)..hehehehe...Kemudian dilanjut sholat isya' di musholla yang sama. Waktu masih menunjukkan pukul 19.30, masih terlalu dini untuk melakukan tracking . Yup, rencana kami hanya tracking saja, tanpa dome (tenda) dan kompor portable (perlengkapan biasa untuk camping). Berdasar prediksi lama perjalanan tracking menuju lapangan (camp akhir sebelum summit attack) 3 jam selanjutnya 1 jam menuju Top of Penanggungan maka kami memutuskan memulau tracking pukul 22.00. Untuk mengulur waktu kami berdua tidur di musholla..^_^

Pukul 22.00 tepat, kami memulai tracking. Dimulai dengan jalan beraspal melewati rumah-rumah penduduk. Selanjutnya sampailah pada jalan makadam (jalan berbatu) jalur menuju track pendakian. Di sini kami bertemu kawan seperjalanan. Salip menyalip pun terjadi. Nafas yang terus memburu (hosh..hosh..), peluh membasahi seluruh badan, tapi semangat pantang padam!! hahahah..Sesekali kami break up mengatur nafas, melemaskan otot, menenggak bekal minum, menyorot lampu senter ke depan (Tuhan...bentar lagi sampai kaaaann??) hahahaha...Jalan semakin terjal dan tekad kami semakin tebal untuk segera sampai (Lapangan)...Ayyeee..!!

Pukul 02.00 sudah nampak di depan kami tenda-tenda dengan nyala api unggun di sana-sini, sorot lampu senter para pendaki lain, dan riuh rendah suara mereka. Yaaa, kami akhirnya sampai juga di Lapangan. Mengeluarkan jaket dan jas hujan untuk segera mengistirahatkan badan. Summit attack kita putuskan usai Subuh. Di Lapangan ini anginnya kencang sekaliiii...Aku hanya bisa memejamkan mata, umek sendiri menahan dingin, dan yang pasti aku tidak tidur saat itu. 
Alarm HP berbunyi tepat pukul 04.00, sholat subuh dan lekas berkemas untuk segera bergegas Mengejar Jingga di atas sana (Top of Penanggungan).

Jalur pendakian menuju puncak didominasi batu-batu besar. Kali ini benar-benar mendaki. Saat JINGGA mulai sedikit demi sedikit menampakkan binarnya, tampak sekitar jalur pendakian berupa ilalang sisa-sisa kebakaran. Penanggungan menghitam. Anggin yang bertiup menerbangkan pasir-pasir di sela bebatuan besar dan sisa kebakaran benar-benar mengganggu penglihatan. Perih.

Sehabis subuh dengan dingin yang masih menggigit kami memulai tracking kembali. Belum jauh meninggalkan lapangan kami berdua sudah asyik disibukkan dengan kamera masing-masing. Memutar badan kami 180 derajat dan melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan. Tampak di sana barisan Gunung Arjuna dan Welirang yang gagah walau masih tertutup selambu kabut. Yang membuat pemandangan ini menjadi cantik adalah hiasan lampu-lampu kota yang nampak sebagai titik-titik kecil bercahaya menyebar diantara kabut-kabut yang menutupinya. Subhanallaaaahh..!!! Aku sibuk me-nyetting kamera agar dapat menangkap gambar itu. 


#LampuKota

Sembari me-nyetting kamera kami tetap melangkah perlahan tapi pasti melanjutkan perjalanan. Sesekali kami masih asyik menangkap pemandangan-pemandangan cantik di belakang kami. Siluet jingga itu..kami tidak ingin melewatkannya. Kabut yang sebelumnya menutup kota dan Gunung di depan sana perlahan memudar dan samar-samar tampak hijau di mata kami.

"Menikmati (terbit) matahari tidak dengan cara menunggu. Melainkan dikejar!!" #MengejarJingga

Siluet jingga yang makin lama makin nyata terangnya menyadarkan aku sudah mengulur banyak waktu saat itu. Puncak rasanya tak kunjung menampakkan keberadaannya. Boleh jadi pemandangan di belakang kita sangat indah sebagai penawar lelah, tapi jalan yang kami tapak semakin terjal dan berat. Bebatuan besar-besar sering kita jumpai saat ini dan puncak belum juga nampak. "Oke..puncak tinggal sak rokok'an maneh reeekk..SEMANGAT!!" pikir kami. Eh..sudah ada beberapa pendaki yang tadi kita jumpai saat summit attack malah sudah turun dari atas sana. Yaa..sembari menyemangati kami. Hingga akhirnya aku melihat lahan luag berbatu di depan mata dengan banyak manusia di sana. Aaaahh....Puncaaakkk!! "Ayoo..mbaaakk..kita segera bergabung di sanaaaa,,," ^_^

1 jam 30 menit akhirnya kami Sampai di puncak, matahari sudah agak menguning. Aku sempat berpose di sini. Hidup cuma sekali, gaya dikit boleh kan yaaa....hehehehe...

#Yes! I'am!

Oiaa..kami juga sempat di ajak seorang mbak untuk upacara. Kami menolaknya dengan halus. Kami pun mengarah kekerumunan orang-orang yang sudah berbaris rapi layaknya upacara bendera. Banyak peserta mengenakan seragam pramuka dan segala atributnya. Kami memilih menjadi juru foto saat itu. Beberapa saat tersadar oleh isi sambutan Pembina Upacara saat itu jikaaa...upacara saat itu merupakan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Olalalaaaa...kami berdua tidak menyadari hak tersebut (lupa tanggal saat itu)..huahahahahah....

#Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda #28Nov2012


Setelah "meliput" jalannya upacara, kami sarapan sebentar dengan bekal yang kami bawa kemudian segera turun sebelum panas matahari membuat segalanya menjadi runyam. heheheh...
Kata orang, turun gunung itu lebih mudah daripada saat naik. Otomatis waktu tempuhnya pun lebih singkat. Namun hal itu tidak terjadi padaku saat itu. Medan yang penuh dengan pasir membuatku jatuh berulang kali. Bete sudah pasti. >> hahahah..kayak yang baru pertama naik gunung aja...#payah! Ujung jalan tak segera nampak. Bayang-bayang warung dengan es degan, es teh, es soda gembira tidak mempercepat langkah kakiku, at least selalu membuatku melangkah terus daripada istirahat dengan hati yanng kesal. Hahahahah..Ah...perjalanan yang konyol bagiku saat itu. Kalau diingat-ingat..ah, sungguh lucu. 
Kalau dihitung-hitung waktu tempuh kami saat turun sama dengan saat naik, yaitu 5 jam. Sungguh pengalaman yang seru walau hanya berdua saja, kami, khususnya aku, sangat khusyuk menikmati perjalanan ini. ^_^


#Penawar dahaga #Warung #Soda Gembira ^_^
Oia, perjalanan pulang kami di awali dengan menumpang ojek menuju terminal terdekat. Karena kalau menunggu colt / angkutan desa bakal luamaaa sekali *kami sudah mencobanya =). Sampai di terminal pun harus menunggu angkutan tersebut penuh dulu baru deh berangkat menuju terminal Pandaan. Sampai Pandaan kami sambung dengan bus ekonomi tujuan Surabaya. Apesnya bus yang kami tumpangi saat itu full, jadi dengan badan yang tidak fit plus kantuk yang menggoda, walhasil kami pun terpaksa berdiri. Alhamdulillah perjalanan pulang saat itu lancar jaya ^_^
NB: Kalau mau menggunakan bus patas nampaknya mending turun di bundaran Pandaan situ deh, karna bus patas gak masuk terminal Pandaan deh,

******

Bagiku...Hiking merupakan filosofi hidup, sebuah analogi. Saat kita berada di puncak (atas) kita bisa melihat dengan baik keindahan-keindahan yang ada di bawah sana. Kita bisa melihat lampu kota, hijaunya sawah..
Kalau di kehidupan nyata, pemandangan seperti itu seolah berupa episode hidup yang harus kita lewati sebelum menuju puncak. Saat kita menoleh kebelakang, keberhasilan-keberhasilan melewati masa-masa berat dan susah menjadi suatu keindahan yang wajib kita syukuri. Pencapaian tersebut merupakan hasil perjuangan yang tak bisa lepas dari peran serta banyak pihak. 
Jalan menuju puncak pun tidak selalu mulus. Justru terjal, berat, dan berbatu. Kadang selalu ada lelah dan amarah yang mewarnainya. Namun sesaat jka kita menoleh kebelakang, memperhatikan beberapa tanjakan yang yang berhasil kita lewati, satu per satu keberhasilan itu menjadi penawar, obat, penghibur kalau kita pun mampu melewati jalan terjal yang lain. Adakalanya saat lelah itu kita beristirahat. Namun juga jangan terlalu lama jika kau tak ingin kehilangan beberapa kesempatan. Sama seperti ku yang ingin menikmati jingga di puncak. Aku pun harus mengejar Jingga, berpac dengan waktu sehingga bisa melihat sunrise dengan sempurna. Dan sebelum aku ada di puncak, matahari sudah sempurna menampakkan dirinnya. Aku terlalu sibuk dengan kamera, memperhatikan pemandangan indah di belakang sehingga kehilangan beberapa waktu. Namun lebih baik terlambat daripada kau memutuskan untuk menghentikan langkah kakimu, bukan..?!?

Kata orang turun gunung itu lebih mudah sehingga tidak membutuhkan banyak waktu lama seperti kau naik gunung. Namun hal itu mtidak terjadi padaku saat itu (Fun Hiking-Gn.Penanggungan). Aku yang sudah jatuh berulang kali memilih sangaaaat berhati-hati agar tidak terjatuh lebih sering. Aku jadi tidak yakin dengan langkah kakiku. 
Sama seperti di kehidupan nyata. Adakalanya seorang berada di puncak dan tiba-tiba ia sudah harus berada di bawah. Jika ia tidak siap dengan "kejatuhannya" mungkin ia akan mati. Mati digerogoti berbagai penyakit mental yang membuatnya kehilangan motivasi untuk hidup dan berjuang mengulang kesuksesan. Maka pikiran yang positif pun sangat diperlukan agar kau mampu 'turun' dengan selamat dan memulai memilih puncak mana lagi yang ingin kau daki, memulai kembali perjuangan.

Jadi...HIKING benar-benar perjalanan hati. Saat perlahan kau mulai mendaki meniti jalan, tanyakan pada hati, apa kau sudah berlaku seperti ini di kehidupan nyata?? Fighting spirit menuju puncak, lapang dada saat turun. 
Jika belum, maka kau tak pantas disebut Penakluk/Pejuang/Pecinta Alam Sejati. Karena kau belum mampu menaklukan diri sendiri, belum mampu menghadapi hidup, dunia dengan (hati) berani.
Karena gunung merupakan replika hidup. Kehidupan nyata sesungguhnya yang saat ini tengah kau hadapi, di depan matamu, di detik ini...walau berat dan terjal, namun semua akan menjadi sesuatu yang indah. Pasti.