Pages

Senin, 18 Juni 2012

PARENTING : Mental juara dan Fighting Spirit

Bismillah,
Mungkin...kali ini topiknya tentang PARENTING kali ya...Awal mulanya kepikiran tentang topik ini hingga akhirnya aku tuliskan di sini akibat Minggu sore kemarin melihat pertandingan bulutangkis Indonesia Open dengan Simon Santoso sebagai juara pertama Single putra *koq jadi bahas Indonesia Open...hehehehe...

Minggu sore itu merupakan pertandingan Indonesia Open babak final dengan meloloskan Simon Santoso dan pasangan Ahmad Tontowi/Lilyana Natsir untuk ganda campuran. Begitulah bulutangkis Indonesia, selalu menyuguhkan pertandingan mendebarkan demi nama baik negara. Indonesia yang notabene masih mendapatkan julukan macan bulutangkis ini masih mempertaruhkan harga dirinya di kancah per-bulutangkis-an dunia. Kejar-mengejar point menjadi tontonan sengit yang mendebarkan bagi bangsa Indonesia, tidak terkecuali aku, bapak, dan ibu di rumah. Gilaaa!! Pemain Indonesia kita sampai jatuh bangun mengejar point. Aku..sampai berteriak histeris atas ini semua. Demi apa?? Demi Indonesia dong..^^
Tapi ada satu hal yang mengganggu suasana menonton pertandingan. Tak lain dan tak bukan adalah...IBU ku.


Hal ini terjadi di pertandingan milik Simon Santoso (melawan China) dan Akhmad Tontowi/Lilyana Natsir (melawan Thailand). Detik itu point Indonesia tertinggal jauh dari lawan. Dan kau tahu apa yang diucap ibuku??
"Haduuuhh...gak usah dilihat deh. Kasihan. Kalah ini Indonesia"
"Udah deh..ganti aja, ganti..Kalah ini..."

Aku yang denger komentar dan respon itu jelas sangat keki, kesal..
Bagaimana gak senewen coba?? Di saat pahlawan-pahlawan bangsa tengah berjuang, saat mereka terus mencoba membangun harapan (walaupun mungkin kecil) di sela-sela cucuran keringat, jatuh bangunnya mereka, koq ya ada yang pesimis. Mereka saja masih optimis, kenapa kita yang bukan pelaku langsung harus pesimiiiiss??? Hah???

Hal-hal seperti ini jadi membuatku berpikir kembali mengenai arti sebuah perjuangan, cita-cita, harapan, mimpi, kerja keras, keringat, jatuh bangun, OPTIMIS!!
Aku gak mau kelak anak-anakku selalu dihantui rasa PESIMIS sebelum ia selesai bertanding. Aku gak mau mereka enggan memperjuangkan mimpi-mimpinya, kalah sebelum bertanding. Aku mau anak-anakku kelak punya MENTAL JUARA dan MAU BERJUANG. OPTIMIS,,itu harus!!

Dan muncullah pertanyaan berikutnya:
Bagaimana menumbuhkan MENTAL JUARA dan FIGHTING SPIRIT pada anak-anak sejak usia dini??

Hmm...memberi pemahaman akan suatu hal kepada anak-anak kecil itu susah looo..karena di usia mereka ini daya tangkapnya kan terbatas. Mereka hanya tahu bermain dan bersenang-senang. hehehe..  Jadi, mungkin yang dibutuhkan agar materi yang disampaikan bisa diterima adalah dengan komunikasi yang tepat. 
Komunikasi juga tidak hanya dilakukan dengan berbicara saja, tapi bisa dibarengin dengan beberapa treatment atau bisa dikatakan praktek langsung agar anak bisa belajar dan paham.

Aku sempat chat dengan seorang teman tentang pertanyaan di atas. Di awali dengan pertanyaan mengenai MENTAL JUARA itu yang seperti apa siy?? Jawaban yang dapat disimpulkan adalah : 
never give up, bersedia menerima kekalahan, positif thinking, memilih untuk bangkit saat jatuh, mencoba lagi saat gagal >> karena gagal dan jatuh bukan akhir dari segalanya.

Lalu, 
Aku (A) : bagaimana caranya menumbuhkan MENTAL JUARA dan BERJUANG??


Teman (T) : jangan buat anak pesimis, ajarkan positif thinking, jangan semakin buat anak terpuruk saat jatuh.
A : Tapi anak kecil gak tahu dan gak paham apa yg sedang dia hadapi
T : itu porsinya orang gede untuk membuatnya paham
A : Terus gimana agar si anak paham?
T : belajar dari ibuku, ketika anak kalah dalam lomba, jangan beberkan semua kesalahannya dengan cara kayak "nunjuk2" dia. Tapi kasih tahu dengan cara yg halus. Besarkan dulu hatinya.Like say "gak papa, kamu sudah berjuang, sudah berusaha. Kamu bagus disini, yang kurang bagus ini" (jelaskan tentang kelemahannya dibanding teman-temannya).
Lalu beri motivasi untuk lebih baik lagi ke depannya dengan memperbaiki kelemahannya.
A : i think, itu follow up nya saat si anak mendapatkan dirinya kalah. Treatmentnya?? *agar anak tahu dirinya tengah berlomba, ada yang kalah dan ada yang menang*. 
Treatment lebih ke mendapatkan moment-moment tentang arti menang dan kalah. Aku pikir menyertakan anak pada acara lomba-lomba itu bisa dijadikan media pembelajaran.
T : Yup. Untuk menciptakan jiwa kompetitif.
A : Yup. Jiwa mental juara. Kalau menang kan ada rewardnya. Bisa dijadikan motivasi agar anak mau berjuang untuk menang.


Menyertakan anak pada acara lomba-lomba. Kalau menang kan ada rewardnya. Bisa dijadikan motivasi agar anak mau berjuang untuk menang.
Mungkin ini memang treatment awal untuk anak usia dini yang belum paham apa itu menang, kalah, pertandingan, perjuangan. At least, kita bisa kasih tahu kalau anak mendapatkan reward (hadiah) berarti dia sudah menang. Kalau tidak dapat artinya kalah. Kasih pemahaman lagi kalau kemenangan dan kekalahan hanya ada dipertandingan tersebut (pemahaman sperti ini juga butuh proses koq ^^). Nah, dengan iming-iming reward/hadiah, si anak jadi terpacu untuk berusaha lebih baik lagi karena diberi pemahaman tentang ia akan mendapatkan sesuatu jika ia 'baik'. Ada sesuatu yang ia dapatkan akibat hal-hal yangn telah dia lakukan.

T : Sekarang aku mikirnya, kalau si anak gak mau disuruh ikut lomba, gimana?? kan gak bisa maksa juga...
A : Nah, itu..treatment. startnya harus tepat.
T : Iya. Harus dimulai dari sesuatu yang dia suka, yang bisa menarik perhatiannya.
A : Yup. MINAT. Tanya saja, sukanya apa? Gambar? Nyanyi? Modelling??
T : Yup. Kita tinggal mengarahkan.
A : ..begitu dia suka, tawarin buat ikut 'bermain' dalam lomba.






Oia, kau pernah nonton acara Master Junior?? Ajang pencarian pesulap-pesulap Junior oleh salah satu stasiun TV lokal. Pesertanya hebat-hebat. Hebat dalam arti anak dengan usia itu sudah bisa tampil baik di depan umum.

Saat aku menyaksikan acara ini, terbersit keinginanku kelak anak-anakku akan aku ikut sertakan dalam kegiatan atau kursus sulap. Alasannya?? Agar anak-anak bisa tampil percaya diri di depan umum, bisa interaksi dan komunikasi dengan luwes, berani kalah dan yakin menang. Buuutt...MAGIS IS NOT THE POINT. Hahahaha...
Untuk membentuk anak hebat seperti itu tidak hanya dengan cara sekolah sulap koq. Banyak jalan menuju Roma. hehehehe..^^. Kembali lagi ke minat mereka. Si anak tertarik dengan apa. Nanti tinggal di arahkan saja untuk perkembangannya. Sebuah tulisan yang pernah saya baca, jangan pernah membatasi kegiatan anak di usia dini. Anak kecil mudah bosan dan tertarik dengan hal-hal yang baru. Biarkan ia mencoba semuanya sampai akhirnya ia memilih. Dam sekali lagi peran Orang tua sangat dibutuhkan dalam mengarahkan tumbuh kembang anak.

Tulisan ini atau pemikiran-pemikiran yang muncul sebelumnya bukan karena aku sedang memikirkan anak. Bukaaann!! *Status masih pengangguran aja mikirin anak =p
Status kita sebagai anak bisa membuat kita berpikir dan merasakan apa (pelajaran) yang tidak kita dapat dari kedua orang tua sehingga ke depan segala kekurangan itu bisa kita perbaiki kelak saat kita menjadi orang tua. Bukan kita men-judge atas kekurangan kedua orang tua kita. Nobody is perfect, guys!! Maka dari itu kita banyak belajar. Andai saja semua hal sempurna mungkin kita tidak akan belajar hal-hal lain. Catat tentang hal-hal (nilai atau pelajaran hidup) yang ingin kita dapat. Amati sekeliling atau mungkin bisa sharing dengan banyak pihak treatment apa yang bisa kita terapkan.

Mendidik anak itu susah looo...(menurutku). So, tanggung jawab dan amanahnya juga berat, (menurutku, lagi ^^ ). 

Memikirkan konsep pernikahan bisa menjadi bahan pembicaraan yang menarik. Tetapi memikirkan konsep keluarga yang ingin dibangun jauh lebih menarik karena sifatnya yang sangat-sangat penting. 

Mau dibawa kemana keluarga kita, terutama anak-anak kita kelak, tergantung dari kedua orang tuanya, nahkoda kapalnya, pemimpinnya. 

Belajarlah banyak hal, semata pelajaran-pelajaran itu yang akan kau ceritakan dan ajarkan pada anak-anakmu kelak *PARENTING. ^^,




Tidak ada komentar:

Posting Komentar